Napak Tilas Budaya Lewat Koleksi Museum, Embat-Embat hingga Tulang Belut Jadi Sorotan

Disbudpar Kota Batam – Nuansa budaya Melayu begitu terasa di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam Centre, ketika Museum Batam Raja Ali Haji kembali menggelar Seminar Kajian Koleksi. Kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD Museum Batam ini menjadi ruang temu yang sarat makna, mengajak publik menelusuri jejak sejarah melalui benda-benda koleksi yang kaya filosofi.
Sebanyak 50 peserta hadir dalam suasana hangat dan penuh antusias, terdiri dari kalangan guru sejarah, seniman, dan pegiat budaya. Seminar ini bukan sekadar menyimak materi, melainkan ruang diskusi yang membuka kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata, membuka acara dengan pantun Melayu yang menyentuh hati. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa museum adalah ruang hidup yang menanamkan nilai budaya lintas generasi.
“Museum bukan hanya tempat menyimpan benda lama. Ia adalah ruang belajar, tempat kita menanamkan semangat budaya kepada generasi muda,” tegas Ardiwinata.
Sementara itu, Senny Thirtywani, Kepala UPTD Museum Batam, menjelaskan bahwa 16 dari total 83 koleksi dipilih untuk dikaji lebih dalam dalam forum ini. Setiap koleksi dipilih karena mengandung narasi penting tentang kehidupan dan filosofi masyarakat Melayu.
Dipandu oleh Raja Zainudin, seminar menghadirkan lima narasumber yang mengangkat ragam koleksi dengan pendekatan sejarah dan budaya. Topik yang dibahas mencakup:
- Jong dan Kapal Malaka’s Welvaren oleh Alimun
- Pahar, Semberip, Tepak Sirih, Belanga, dan Kaki Dian oleh Diansyah
- Lilin Sambang Kupi, Ketor, dan Embat-Embat oleh Raja Muhammad Zen
- Tudung Manto, Baju Kurung Tulang Belut, dan Tekat oleh Raja Marsarah
- Nasi Besar, Tanjak, dan Bangkeng oleh Muhammad Zen
Diskusi berlangsung dinamis dari pagi hingga siang hari. Tak sedikit peserta yang aktif bertanya dan menanggapi—menciptakan suasana forum yang hidup dan reflektif.
Sebagai bentuk apresiasi, peserta yang mengikuti hingga akhir mendapat tanpak dan sertifikat keikutsertaan. Simbol kecil, namun sarat makna sebagai bentuk penghargaan atas perhatian terhadap budaya daerah.
Lebih dari sekadar seminar, kegiatan ini menjadi perwujudan nyata cinta terhadap akar sejarah. Museum Batam kembali menunjukkan perannya sebagai pusat edukasi budaya yang relevan dan menginspirasi. Dalam tiap kajian koleksi, ada upaya menjaga agar jati diri Melayu tetap hidup di tengah derasnya arus modernitas.
The post Napak Tilas Budaya Lewat Koleksi Museum, Embat-Embat hingga Tulang Belut Jadi Sorotan first appeared on Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam.